ILMU
Menurut
bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science)
yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah,
ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan
pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses
kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat,
prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang
analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan pengetahuan
(knowledge ) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu
ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi ilmu pasti
merupakan pengetahuan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang
pengetahuan. Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam
manusia.
FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara
ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan
teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi
filsafat ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses
yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah
kriterianya? Cara atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral?
Jika disimpulkan berbagai macam
pertanyaan di atas maka yang pertama adalah persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan masalah ontologis. Kedua, masuk dalam wilayah kajian epistemologis.
Sedangkan yang ketiga adalah problem aksiologis. Semua disiplin ilmu pasti
mempunyai tiga landasan ini.
a. Ontologi
“Secara
terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang
berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi
ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of
being qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara menyatakan bahwa ontology
diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai wujud, terkadang disebut sebagai
ilmu metafisiska. Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena ia
merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh
manusia dalam kehidupan, yakni berkenaan dengan hakikat wujud.Berbagai macam
pandangan tentang Ontologi yaitu ; Monisme,Dualisme,Prulalisme,Nihilisme, dan
Agnostisime.
b. Epistemologi
Epistemologi
merupakan tahapan berikutnya setelah pembahasan ontologi dalam filsafat.
“Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang maksudnya
untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi
(metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaannya adalah apa yang ada
itu? Maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah apa yang dapat saya ketahui?”
c. Aksiologi
Aksiologi
merupakan bagian dari filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang
artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori
tentang nilai dalam berbagai bentuk. Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai
khususnya etika. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral
Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
2. Estetic
expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal
life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social
politik.
PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk,
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,prinsip dan prosedur yang
secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang
baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut.Pengetahuan adalah informasi yang
telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas
melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan
prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala
informasi dandata sekedar
berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka
pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut
potensi untuk menindaki.
GARIS BESAR ILMU
DENGAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah apa yang diketahui
oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu
merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu. Dalam perkembangannya pengetahuan manusia berdiferensiasi
menjadi empat cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan. Untuk
melihat perbedaan antara empat cabang itu, saya berikan contohnya: Ilmu kalam
(filsafat), Fiqih (ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan), praktek Islam di
Indonesia (wawasan). Bahasa, matematika, logika dan statistika merupakan
pengetahuan yang disusun secara sistematis, tetapi keempatnya bukanlah ilmu.
Keempatnya adalah alat ilmu.
Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan
(knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun
kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus
dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh
matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang
ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan
tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang
banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah.
Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun
pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan
lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
Untuk bepengetahuan seseorang cukup
buka mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk
berilmu, maka metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka mata, buka
telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan. Seseorang
yang ingin berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir manusia
berilmu, menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan langkah
terakhir manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan, membuat
pembahasan secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu yang
ditemukannya sendiri.
Apa maksud “membaca langkah terakhir
manusia berilmu” ? Postulat ilmu mengatakan bahwa ilmu itu tersusun tidak hanya
secara sistematis, tetapi juga terakumulasi disepanjang sejarah manusia. Tidak
ada manusia, bangsa apapun yang secara tiba-tiba meloncat mengembangkan suatu
ilmu tanpa suatu dasar pengetahuan sebelumnya. Katakanlah bahwa sebelum abad
renaisansi di Eropa, bangsa Eropa berada dalam kegelapan yang terpekat. Karena
larut dalam filsafat skolastik yang mengekang ilmu dan peran gereja. Para
ilmuwan dan para filsafat abda itu tentu memiliki guru-guru yang melakukan
pembacaan terhadap mereka tentang sampai batas terakhir manusia berilmu di
zaman itu. Ilmu kimia abad modern sekarang adalah berpijak pada ilmu kimia,
katakanlah abad 10 masehi yang berada di tangan orang-orang Islam. Dan ilmu
kimia di abad 10 masehi itu tentu bepijak pula pada ilmu kimia abad 3500 tahun
sebelum masehi, katakanlah itu misalanya dari negri dan zaman firaun.
Jadi seseorang yang ingin berilmu
manajemen, misalnya, maka ia harus mengumpulkan dulu pengetahuan-pengetahuan
mnajemen yang telah disusun sampai hari kemarin oleh para ahli ilmu tersebut
dan merentang terus kebelakang sampai zaman yang dapat dicapai oleh pengetahuan
sejarah.
Cara praktis, cepat, kompatibel,
kredibel, aksesibel, dan lain-lain bel positif lainnya, untuk berilmu ialah
dengan sekolah formal, dari SD hingga S3. Beruntunglah kawan-kawan yang bisa
meraih gelar sarjana. Gelar magister dan seterusnya. Memang sekalipun gelar
sudah s3 tapi koq masih terasa haus juga terhadap ilmu. Itu karena ilmu yang
ada pada dirinya sebenarnya barus sedikit dari khazanah ilmu yang pernah
disusun manusia, sedang disusun, dan apalagi jika dibanding dengan ilmu di masa
depan sampai haru kiamat nanti.
BAHASA
Sebagai alat komunikasi bahasa
merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan orang lain. Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di
atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya
dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa
dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya
dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki.
Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
dikatakan.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-pengetahuan/
https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-pengetahuan/
apasii goblok
ReplyDeleteAstaghfirullah lu berdosa banget cuy
Delete